Wednesday, February 24, 2010

Sindroma Syok Toksik

DEFINISI
Sindroma Syok Toksik adalah suatu infeksi yang biasanya disebabkan oleh stafilokokus, yang dengan cepat keadaannya akan semakin memburuk menjadi syok yang tidak dapat diatasi.


PENYEBAB
Bakteri stafilokokus. Meskipun jenis stafilokokus yang menyebabkan kasus ini diketahui, tapi pemicu terjadinya sindroma ini belum diketahui. Pemakaian tampon dapat mendorong bakteri untuk menghasilkan toksin (racun) yang masuk ke dalam aliran darah melalui luka kecil di vagina atau melalui rahim menuju ke rongga perut. Toksin inilah yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala dari penyakit ini.


GEJALA
Gejala timbul secara tiba-tiba dimana suhu mencapai 39-40 derajat Celcius. Selanjutnya akan timbul nyeri kepala hebat, sakit tenggorokan, mata merah, kelelahan yang luar biasa, bingung, muntah, diare dan ruam kulit seperti terbakar sinar matahari di seluruh tubuh. Dalam waktu 48 jam, penderita tidak sadarkan diri dan jatuh ke dalam keadaan syok.

Antara hari pertama dan ke tujuh, terjadi pengelupasan kulit, terutama pada telapak tangan dan telapak kaki. Sindroma ini menyebabkan anemia. Gangguan ginjal, hati dan otot sangat sering terjadi, terutama pada mingu pertama. Bisa juga disertai gangguan jantung dan paru-paru. Kebanyakan organ-organ tubuh tersebut sembuh seperti semula setelah gejala-gejalanya menghilang.


DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Meskipun tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dapat secara spesifik mengidentifikasi sindroma ini, pemeriksaan darah biasanya dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan lain yang menjadi penyebab sindroma ini.


PENGOBATAN
Penderita yang dicurigai mengalami sindroma syok toksik harus segera dirawat.
Pengobatan dimulai dengan mencabut tampon, diafragma atau benda asing lainnya, dan diberikan antibiotik sesegera mungkin.


PENCEGAHAN
Secara umum, wanita harus menghindari penggunaan tampon yang terus menerus selama masa haid. Bila kembali menggunakan tampon dalam waktu 4 bulan setelah mengalami sindroma ini, kemungkinan akan kambuh kembali, kecuali terapi antibiotik yang diberikan sudah berhasil menghancurkan bakteri penyebabnya.