Pengobatan penyakit kanker memang tidak mudah. Apalagi hampir tidak ada kanker yang bisa diobati dengan satu metode saja. Radioterapi adalah salah satu cara mematikan sel-sel kanker yang bisa dilakukan.
Radioterapi merupakan teknik pengobatan kanker dengan menggunakan sinar radioaktif (sinar X atau pengion) untuk mematikan sel-sel kanker yang ada di dalam tubuh. Radioterapi biasanya dilakukan dengan kombinasi terapi lain seperti kemoterapi. Inti pengobatan radioterapi adalah mematikan sel-sel kanker di lokasi tempat kanker berada.
Namun jika kanker sudah menyebar ke banyak tempat, maka terapi awalnya menggunakan kemoterapi. Baru kemudian dilanjutkan dengan radioterapi di titik-titik tertentu.
"Radioterapi adalah bagian pengobatan kanker yang lokal. Karena setelah kemoterapi biasanya masih ada beberapa tempat yang memiliki sel kanker sehingga perlu sinar X untuk disinarkan pada daerah yang masih ada sel kankernya," ujar Prof DR dr Soehartati, SpRad(K)OnkRad dari RSCM dalam bincang-bincang KBR68H di Aula Departemen Radioterapi lt. 3 RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, Selasa (13/7/2010).
Prof Tati menuturkan hampir tidak ada kanker yang bisa diobati dengan satu metode saja. Untuk kanker yang sudah menyebar, terapi awalnya dengan pengobatan sistemik (kemoterapi, terapi hormon dan terapi target).
Tapi untuk kanker lokal yang berada di satu tempat biasanya diawali dengan pengobatan lokal (pembedahan dan radioterapi). Selanjutnya diikuti dengan terapi lainnya.
"Pengobatan kanker memang kadang menyiksa, tapi tetap harus dilakukan. Karenanya pasien harus dipersiapkan dalam kondisi yang baik sebelum melakukan pengobatan, sehingga sebelum dan sesudah pengobatan pasien tetap memiliki kualitas hidup baik," ungkapnya.
Pengobatan radioterapi ini dibagi menjadi dua cara yaitu:
1. Sinar luar.
Pada sinar luar bisa dilakukan untuk jenis kanker apa saja, memiliki cakupan yang luas. Tapi selain sel kanker yang mati, sel-sel normal juga bisa terkena efek dari radiasi ini.
2. Sinar dalam.
Pada sinar dalam baisanya tergantung dari jenis dan lokasi kanker tersebut dan cakupannya lebih sedikit, biasanya kanker serviks dan nasofaring. Karena sumber sinar akan didekatkan pada target sehingga hanya terfokus pada sel kanker dan sel-sel normal hanya sedikit yang terkena.
Jarang ditemukan pasien yang hanya melakukan sinar dalam saja, tapi ada pasien yang hanya melakukan sinar luar saja. Biasanya pasien diawali dengan sinar luar, lalu ada yang dilanjutkan dengan oleh sinar dalam tapi ada juga yang tidak.
"Semua pengobatan pasti ada efek sampingnya, tapi sudah banyak usaha yang dilakukan untuk menurunkan efek samping sehingga pasien bisa merasa nyaman," ujar dokter ahli radioterapi onkologi ini.
Salah satu pasien yang melakukan radioterapi adalah Bapak Ginting. Awalnya ia menemukan adanya benjolan kecil seperti jagung dikepalanya, setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium diketahui bahwa ia memiliki salah satu jenis kanker lymphoma getah bening.
Akhirnya Bapak Ginting menjalani pengobatan kemoterapi terlebih dahulu sebanyak 6 kali, lalu dilanjutkan dengan radioterapi sebanyak 10 kali.
"Jika kita taat dan mengikuti peraturan yang ada, maka tidak ada efek samping yang berbahaya. Selama menjalani radioterapi, efek samping yang saya rasakan paling hanya pusing-pusing saja. Sekarang saya sudah menjalani pengobatan biasa saja," ungkapnya.
Pusat radioterapi kini tidak hanya ada di Jakarta tapi juga di daerah lain seperti Pekanbaru, Malang, Purwokerto dan Medan yang memang dilatih oleh dokter-dokter dari RSCM.
"Kalau pengobatan sudah selesai, jangan lupa untuk tetap melakuakn kontrol setiap 3 bulan dan 6 bulan. Karena kalau ada tanda-tanda kekambuhan bisa segera langsung dideteksi dan diatasi dengan baik," ungkap Prof Tati.
Sumber: Vera Farah Bararah - detikHealth