Kasus menurunnya kesuburan pria kerap diduga akibat kerusakan DNA sperma karena terkena seleksi alam. Tapi sebuah penelitian menemukan gen sperma tidak dapat berubah hingga 600 juta tahun.
DNA atau Deoxyribo Nucleic Acid merupakan asam nukleat yang menyimpan semua informasi tentang genetika. DNA inilah yang menentukan jenis rambut, warna kulit dan sifat-sifat khusus dari manusia.
Peneliti di Northwestern University Feinberg School of Medicine menemukan fungsi gen yang disebut dengan gen Boule ini tidak akan berubah sepanjang evolusi.
Hasil penelitian yang diterbitkan pada 15 Juli 2010 pada jurnal PLoS Genetics, dapat memiliki beberapa implikasi bagi kesehatan manusia. Penemuan ini diharapkan bisa meningkatkan pemahaman tentang infertilitas laki-laki atau menawarkan target baru yang potensial untuk obat kontrasepsi laki-laki.
"Ini adalah bukti nyata pertama yang menunjukkan kemampuan kita untuk memproduksi sperma sangat tua, mungkin berasal pada awal evolusi hewan 600 juta tahun yang lalu," pungkas Eugene Xu, asisten profesor kebidanan dan ginekologi Northwestern University Feinberg School of Medicine, seperti dilansir dari MSNNews, Jumat (16/7/2010).
Xu mengungkapkan gen Boule kemungkinan merupakan gen khusus tertua yang pernah ditemukan manusia. Namun uniknya struktur gen sperma manusia serupa dengan yang diperlukan makhluk hidup lain yang juga memproduksi sperma mulai dari serangga hingga mamalia.
Kerusakan DNA sperma selama ini diduga menjadi penyebab turunnnya kesuburan, naiknya risiko keguguran hingga kerusakan saraf seperti pada penderita gangguan kejiwaan. Penyebab kerusakan DNA sperma ini sebelumnya diduga karena infeksi, rokok atau usia tua.
(mer/ir)
Oleh: Merry Wahyuningsih
Sumber: detikHealth